Hipotesis Trayektori Pembelajaran
Salah satu pendekatan pembelajaran yang
konstruktivis yang akhir-akhir ini dikembangkan di Indonesia adalah
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pendekatan ini telah dikembangkan dan
diteliti di Belanda sejak tahun 1971 dengan nama Realistik Matematics
Education (RME). PMR dikembangkan di Belanda yang didasarkan pada pemikiran
Hans Freudenthal dengan filosofi bahwa matematika merupakan aktivitas manusia (human
activity). PMR dikonstruksi dan disesuaikan dengan konteks atau pengalaman
siswa sehari-hari dimana siswa secara aktif mengkreasi atau mengkostruksi
pengetahuan yang ingin dimilikinya maupun mengkreasi kembali pengetahuan yang
telah dimilikinya (Sebo Bito, 2013). Sebagai guru yang akan memfasilitasi (guided)
siswa menemukan kembali (reinvention) konsep matematika, perlu
mengantisipasi berbagai kontribusi siswa yang mungkin muncul dalam proses
pembelajaran baik tools (alat matematika) yang digunakan, cara berpikir
dari konkrit ke abstrak, cara memanipulasi tools menuju pemahaman konsep
matematika dan lain lain. Oleh sebab itu, dalam perencanaan pembelajaran, guru
perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin akan berkembang dalam proses
pembelajaran terutama dugaan-dugaan tentang cara berpikir siswa, cara siswa
memanipulasi alat peraga dalam memperoleh atau membangun konsep matematika.
Dalam beberapa artikel yang
berhubungan dengan Pendidikan Matematika Realistik kerapkali ditemukan istilah hipotesis
trayektori pembelajaran.
Lalu pertannyaanya apakah sebenarnya yang
dimaksud dengan trayektori pembelajaran ?
Pembelajaran mengandung arti interaksi siswa yang
belajar (learning) dan guru yang mengajar (Teaching) . Berarti trayektori
pembelajaran harusnya terdiri dari dua hal yaitu trayektori belajar (Learning
Trajectory) dan trayektori Mengajar (Teaching Trajecetory). Untuk
menyusun sebuah trayektori mengajar, guru perlu mengetahui dan menyusun
trayektori belajar. Penyusunan trayektori belajar mempertimbangakan berbagai
teori belajar dan pemahaman tentang bagaimana siswa belajar. ketika telah
mengetahui bagaimana siswa belajar maka disusunlah sebuah trayektori mengajar.
Namun apa yang disusun berdasarkan pengetahuan umum tentang bagaimana siswa belajar
dan pengalaman empiris guru terkait dengan bagaimana siswa belajar tetaplah
merupakan dugaan dugaan berdasarkan pada teori dan fakta empiris untuk
diterapkan pada siswa yang akan belajar. Inilah yang dinamakan hipotesis
trayektori pembelajaran.
Hipotesis trayektori pembelajaran atau
hypothetical learning trajectories (HLT) merupakan jabaran berbagai
aspek pedagogik dalam pembelajaran matematika yang bermuara pada
pemahaman konsep. Dengan demikian, pengembangan hipotesis trayektori
pembelajaran merupakan suatu cara untuk menjabarkan aspek-aspek pedagogik dalam
pembelajaran matematika yang berorientasi pada pemahamaman konsep (Elisabet
Ayunika P. S., 2011).
HLT terdiri dari tujuan pembelajaran,
masalah-masalah matematika yang akan digunakan untuk mendukung pemahaman siswa
(aktivitas yang direncanakan untuk kegiatan belajar) dan hipotesis mengenai
proses pembelajaran siswa (Simon, 1995 dalam Simon & Tzur, 2004). Bakker
(2004) menyatakan bahwa HLT merupakan jembatan antara teori instruksional pembelajaran
dan proses pembelajaran di kelas yang sesungguhnya. Berdasarkan teori
instruksional pembelajaran, dirumuskan berbagai ide matematis yang menjadi
fokus dalam tahap pembelajaran. Masalah-masalah kontekstual yang bersesuaian
dengan ide-ide matematis tersebut kemudian dikembangkan untuk pembelajaran di
kelas. Peracangan HLT sangat bermanfaat untuk mendukung proses
konstruksi pengetahuan formal matematika oleh siswa secara mandiri secara
berjenjang mulai dari penyelesaian masalah dunia nyata(conteks) secara informal
sampai pada penggunaan matematika formal.
Daftar Pustaka
Simon,M. & Tzur, R. (2004). Explicating the Role of Mathematical Tasks inConceptual Learning: An Elaboration of the Hypothetical Learning Trajectory. Mathematical Thinking and Learning, 6,91-104.
Bakker, A. (2004). Design Research in StatisticsEducation: On Symbolizing and Computer Tools. Utrecht: CD-β Press.
Sebo Bito, G. (2011). Eksplorasi pembelajaran operasi pecahan siswa kelas IV SD Menggunakan teori Gravemeijer di Kabupaten Ngada NTT. Yogyakarta : Tesis UNY, Tidak diterbitkan.
Posting Komentar untuk "Hipotesis Trayektori Pembelajaran "
Pembaca boleh bebas berkomentar selama isi komentar berhubungan dengan isi postingan, menggunakan kalimat yang santun dan berguna bagi pengembangan blog ini.