Tentang Apersepsi dan Motivasi
Tentang Apersepsi dan Motivasi - Dengan berkembangnya IT dan makin banyaknya guru yang melek internet, banyak guru yang menshare perangkat pembelajaran seperti Rencana Pembelajaran di Internet. Hampir sebagian besar RPP yang ada, entah di blog, atau google drive dan lain-lain memiliki kemiripan dan bagi saya RPP tersebut sangat tidak operasional. Saya memberi contoh salah satu RPP. RPP tersebut untuk pembelajaran tentang pengukuran panjang. Pada RPP yang dishare tersebut memiliki urutan kegiatan pendahuluan sebagai berikut:
A. Pendahuluan
1. Apersepsi
a. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin Doa
b. Guru mengabsen Siswa
2. Motivasi
a. Menasihati siswa untuk mengikuti kegiatan pelajaran dengan baik
b.......
Saya jadi bingung. Andaikan saya yang menggantikan guru tersebut mengajar, apa yang akan saya lakukan dengan RPP yang dibuatnya ? Ya, RPP memang sangat melekat dengan guru yang membuat RPP tersebut, namun RPP yang dibuat haruslah operasional. Artinya, RPP yang dibuat menunjukkan hal-hal yang akan dilakukan pada saat pembelajaran. Dari sepenggal RPP di atas, sangat dimungkinkan bahwa orang yang membuatnya tidak memahami apa yang dimaksud dengan Apersepsi dan Motivasi. Ya, apersepsi dan motivasi haruslah berhubungan langsung dengan materi yang dipelajari yaitu konsep pengukuran panjang. Banyak permainan anak-anak yang kaya akan fenomena matematis terkait dengan pengukuran panjang.
Baca juga:
Permainan Tradisional Anak Ngada: “Juru dan Fenomena Matematisnya
Pentingnya Permainan Dalam Pembentukan Konsep Matematika
Seperti yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, apersepsi adalah pengamatan secara sadar tentang segala sesuatu dalam jiwanya sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru. Berdasarkan pengertian tersebut,dalam kegiatan apersepsi, guru seharusnya menghubungkan apa saja yang guru prediksikan telah ada pada diri siswa (pengetahuan lama, prasyarat, pengetahuan informal, pengalaman anak di rumah, dll) dengan materi pengukuran panjang.Doa dan mengabsen siswa bukanlah kegiatan apersepsi. Apersepsi yang baik haruslah dapat memunculkan konflik kognisi pada siswa. Konflik kognisi inilah yang dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Contoh apersepsi:
Anak-anak, apakah kalian pernah berlomba untuk lompat jauh ?
Bagaimana kalian menentukan siapa yang melompat paling jauh ?Lalu bagaimana cara kalian mengukurnya ? dan menggunakan apa ?
.......
......
......
Pertanyaan seperti ini akan membawa siswa pada jawaban mengukur menggunakan pengukuran informal misalnya: mengukur menggunakan jengkal, langkah, potongan kayu dll. Pengukuran seperti ini akan memberikan hasil yang berbeda, misalnya masing-masing orang mengukur menggunakan jengkal atau langkah masing-masing. Bila memungkinkan kegiatan seperti ini dapat dipraktikkan di kelas.
Dari contoh apersepsi seperti di atas, dapat diarahkan untuk pengukuran yang "adil" artinya menggunakan alat ukur yang sama. Dari apersepsi ini dapat ditentukan bagaimana bentuk motivasinya. Motivasi pada intinya adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan tehadap adanya tujuan. Tujuan yang dimaksud dalam pengertian ini adalah tujuan mengapa siswa membelajari ini. Dalam motivasi, guru memberitahukan kepada siswa manfaat dari belajar tentang suatu materi pelajaran
Contoh Motivasi:
Anak-anak, jika kalian tidak ingin bertengkar (atau lainnya) ketika bermain seperti tadi maka kita harus belajar materi hari ini tentang pengukuran panjang...bla...bla..bla.
Yang perlu diingat, apersepsi dan motivasi di atas harus tercantum dalam RPP yang dibuat. Banyak guru yang bingung ketika harus melaksanakan apersepsi dan motivasi di kelas. Padahal, kegiatan apersepsi dan motivasi sangatlah esensial dalam pembelajaran matematika.
Posting Komentar untuk "Tentang Apersepsi dan Motivasi"
Pembaca boleh bebas berkomentar selama isi komentar berhubungan dengan isi postingan, menggunakan kalimat yang santun dan berguna bagi pengembangan blog ini.